Gus Sholah, Ulama, Aktivis dan Politisi
Perhatian dan kecintaan Gus Sholah pada masalah keumatan dan pendidikan begitu besar
KH. Sholahuddin Wahid atau akrab disapa dengan Gus Sholah merupakan sosok yang tergolong komplet. Selain dikenal sebagai ulama dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Gus Sholah juga dikenal sebagai aktivis kemanusiaan, serta seorang politisi.
Sebagai aktivis kemanusiaan, Gus Sholah pernah menjadi Wakil Ketua Komnas HAM sejak tahun 2002. Kemudian juga pernah memimpin TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) untuk menyelidiki kasus Kerusuhan Mei 1998, kemudian Ketua Tim Penyelidik Adhoc Pelanggaran HAM Berat kasus Mei 1998.
Sebagai politisi, ia sempat menjadi anggota MPR pada masa awal reformasi tahun 1998, kemudian pernah mendirikan Partai Kebangkitan Ulama (PKU), hingga puncaknya pada Pilpres 2004, Gus Sholah sempat menjadi calon wakil presiden. Ia ketika itu, mendampingi Wiranto yang menjadi calon presiden dari Partai Golkar.
Namun begitu, meski telah malang-melintang di kancah nasional, perhatian dan kecintaan Gus Sholah pada masalah keumatan dan pendidikan begitu besar. Untuk itu, Gus Sholah kembali ke Jombang, tanah leluhurnya, untuk menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur sejak tahun 2006.
Pada 2010 dan 2015, ia maju menjadi calon Ketua Umum PBNU. Namun, waktu itu KH. Said Aqil Siradj yang terpilih.

Gus Sholah lahir pada 11 September 1942 di Jombang, Jawa Timur dari pasangan KH. Wahid Hasyim-Sholehah.
Kakek Gus Sholah, KH Hasyim Asyari, mendirikan NU pada 31 Januari 1926 di Surabaya. Sementara ayahnya, Wahid Hasyim adalah Menteri Negara Urusan Agama dalam kabinet pertama Republik Indonesia.