Fitur Baru Twitter untuk Cegah Hoaks Covid-19

Ada sekitar lebih dari 1.000 hoaks selama satu tahun ini

Disinformasi melalui berita palsu atau hoaks masih menjadi tantangan yang serius dalam penanganan pandemi Covid-19 di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Hal itu diakui oleh Dokter Konsultan RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Andi Khomeini Takdir. Menurutnya, tantangan yang masih dihadapi dalam upaya mendorong perubahan perilaku masyarakat lewat edukasi protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 salah satunya disinformasi.

“Ada sekitar lebih dari 1.000 hoaks selama satu tahun ini,” kata Dokter Andi dalam sebuah acara diskusi virtual di Jakarta, Rabu (18/8).

Hoaks tentang Covid-19 tidak hanya terjadi di Indonesia. Di negara maju seperti Amerika Serikat hal yang sama juga terjadi. Baca juga >>

Bulan lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengambil sikap yang keras terhadap disinformasi Covid-19 lantaran varian baru dari virus tersebut terus menyebar.

Presiden Amerika itu mengatakan kepada wartawan pada bulan Juli lalu bahwa platform media sosial seperti Facebook telah “membunuh orang” dengan informasi yang salah tentang vaksin.

Karena alasan itulah media sosial Twitter saat ini tengah menguji fitur yang bakal dapat menyaring informasi-informasi yang salah, atau disinformasi terkait berita-berita Covid-19.

Twitter mengumumkan bahwa mulai Selasa (17/8) para pengguna dapat melaporkan informasi yang salah tersebut melalui proses yang sama seperti melaporkan pelecehan atau konten berbahaya lainnya. Yaitu melalui menu dropdown di kanan atas setiap cuitan atau tweet.

Pengguna Twitter akan diminta untuk memilih apakah komentar menyesatkan tersebut bersifat politis, terkait kesehatan, atau termasuk dalam kategori lain.

Dilansir The Verge, kategori politik dimaksud mencakup bentuk disinformasi yang lebih spesifik seperti konten yang terkait dengan pemilu. Kategori kesehatan juga akan menyertakan opsi bagi pengguna untuk menandai informasi yang salah terkait Covid-19. Baca juga >>

Fitur baru ini sudah mulai tersedia sejak Selasa 17 Agustus untuk sebagian besar pengguna di AS, Australia, dan Korea Selatan.

Pihak Twitter berharap bisa menjalankan uji coba ini selama beberapa bulan ke depan sebelum memutuskan untuk meluncurkannya ke semua pengguna di seluruh dunia.

Uji coba ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi tweet yang berisi hoaks tentang Covid-19 yang berpotensi menjadi viral di dunia maya.

Sebelumnya, pemerintah Singapura memerintahkan Facebook dan Twitter untuk memuat pemberitahuan koreksi kepada para pengguna platform media sosial di negara itu atas pernyataan palsu tentang varian baru virus corona yang berasal dari Singapura.

Permintaan itu disampaikan Kemenkes Singapura setelah Kepala Kabinet New Delhi India Arvind Kejriwal mengatakan dalam sebuah unggahan di Twitter pekan ini bahwa varian baru virus corona yang sangat berbahaya bagi anak-anak telah sampai ke Singapura dan ia mendesak pelarangan penerbangan diterapkan.

#hoaks #twiter #covid19

Baca Lainnya
Komentar
Loading...