Eco Enzyme, Mengubah Sampah Organik Menjadi Cairan yang Kaya Manfaat

Gagasan membuat eco enzyme ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Rosukon Poompanvong

Indonesia setiap tahun bisa menghasilkan sampah seberat 64 juta ton sampah. Yang menarik, menurut Kementerian Lingkungan Hidup RI, 60% di antaranya adalah sampah organik.

Sampah organik sebenarnya tergolong jenis sampah yang ramah lingkungan. Dengan mengelola sampah organik, tentu akan terjadi penghematan energi dan sumber daya.

Salah satunya ialah dengan mengolah sampah organik menjadi eco enzyme. Eco enzyme adalah cairan yang multi guna yang dihasilkan dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu) dan air. Warna eco enzyme sendiri ialah coklat gelap.

Gagasan membuat eco enzyme ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Rosukon Poompanvong. Ia adalah pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Atas upayanya itu, pada tahun 2003 ia mendapat penghargaan dari FAO (Food and Agriculture Organization) dari PBB.

Dr. Rosukon mempersembahkan penemuannya ini untuk masyarakat luas tanpa meminta royalti. Sehingga siapapun bisa menggunakan informasi ini secara terbuka dan bebas.

Sejak beberapa tahun lalu, warga Taiwan, Malaysia, Australia, hingga Amerika Serikat sudah mempraktekkannya dengan mengubah sampah dapur mereka menjadi eco enzyme. Sedangkan untuk Indonesia baru menjadi tren beberapa tahun belakangan.

Cairan serbaguna ini memiliki efek yang positif bagi kesehatan bumi, karena bisa mengurangi efek global warming. Sebab saat proses pembuatannya bisa menghasilkan gas ozon (O3) yang bisa mengurangi karbondioksida (CO2).

Baca Lainnya
Komentar
Loading...