Di Balik Wafatnya Putra-putra Nabi Saw pada Usia Balita

Ada berapakah putra dan putri Rasulullah Saw? Mungkin sebagian kaum muslim tidak bisa menjawab, karena sejarah tentang putra dan putri Nabi Saw memang jarang diangkat.

Sejauh ini, anak Nabi Saw yang paling populer adalah Fatimah, istri Sahabat Ali ra. Selain merupakan anak kesayangan, Fatimah juga satu-satunya anak yang masih hidup ketika Nabi Saw wafat.

Rasulullah Saw pernah bersabda tentang Fatimah atau juga dikenal sebagai Fatimah Az-Zahra, yang menunjukkan kecintaan beliau terhadap putri bungsunya itu.

“Sebaik-baik wanita penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, Asiah bin Muzahim, istri Firaun.” (HR. Ahmad).

Nabi Saw memiliki 7 orang anak, 3 laki-laki dan 4 perempuan. Enam di antaranya adalah anak dari Khadijah binti Khuwailid. Sementara yang satu lagi, yaitu Ibrahim merupakan anak dari rahim Maria al-Qibthiyah ra.

Semua anak laki-laki Rasulullah Saw wafat di usia masih balita. Al-Qashim bin Rasulullah yang lahir sebelum masa kenabian, wafat saat usianya masih 2 tahun.

Kemudian Abdullah bin Rasulullah, dinamai dengan ath-Thayyib atau ath-Thahir karena dilahirkan dalam Islam, sebab sesudah masa kenabian, juga wafat setelah usianya beberapa hari saja.

Terakhir, Ibrahim bin Rasulullah, dilahirkan tahun 8 Hijriah di Madinah dari rahim Maria al-Qibthiyah ra. seorang budak yang diberikan oleh Muqauqis, penguasa Mesir, kepada Rasulullah. Maria masuk Islam dan dinikahi oleh Nabi Saw.

Usia Ibrahim juga tidak panjang, ia wafat pada tahun 10 Hijriah saat usianya sekitar 17 atau 18 bulan.

Rasulullah Saw begitu sedih dengan kepergian putra kecil itu, dan beliau bersabda:

“Sesungguhnya mata ini menitikkan air mata dan hati ini bersedih, namun kami tidak mengatakan sesuatu yang tidak diridhai Rabb kami. Sesungguhnya kami bersedih dengan kepergianmu wahai, Ibrahim,” (HR. Bukhari).

Lalu, apa hikmah di balik wafatnya putra-putra Rasulullah Saw pada usia yang sangat belia?

Allah Swt berfirman, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu,” (QS. Al-Ahzab: 40).

Ibnu Abbas, seorang Sahabat Nabi Saw sekaligus juga seorang ahli tafsir pada zaman Nabi Saw mengomentari ayat tersebut, bahwa semua itu merupakan kehendak Allah Swt.

“Kalau lah Allah tidak berkehandak menutup nabi-nabi dengan kenabian Muhammad Saw, bisa jadi Allah berfirman, ‘pasti Aku jadikan seorang Nabi di antara anaknya’. Tapi Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu. Kenapa tidak menjadikan salah satu anak Muhammad sebagai Nabi dan Rasul karena memang Allah berkehendak Muhammad sebagai Nabi terakhir.”

Logika yang digunakan Ibnu Abbas adalah fakta bahwa ketiga putra beliau diwafatkan pada usia balita.

Menurutnya, kalaulah putra Nabi Saw hidup sampai dewasa tidak mustahil di kemudian hari orang-orang akan mengultuskan atau mendewakan salah satunya, bahkan mungkin mengangkatnya sebagai Nabi. Tapi Allah Swt menakdirkan tidak demikian.

Bisa dilihat dalam catatan sejarah, betapa sosok cucu beliau, Hasan dan Husein saja sudah membuat sebagian kelompok mengagungkan keduanya, sehingga sempat terjadi fitnah.

Bagaimana pula jika ada seorang putra Nabi Saw yang berusia panjang? Bukankah lazim dalam sejarah, putra seorang nabi menjadi nabi?

Baca Lainnya
Komentar
Loading...