Dengan Inovasi, Masker dari Sekam Padi Menjadi Mungkin
Selama ini, sekam ya hanya seperti layaknya limbah yang dihargai murah
Sekam padi sebagai limbah hingga saat ini masih sedikit dimanfaatkan untuk membuat produk-produk bernilai. Selama ini, sekam ya hanya seperti layaknya limbah yang dihargai murah.
Tapi, di tangan para mahasiswa Universitas Padjajaran Bandung ini, sekam berpotensi menjadi bahan baku bernilai tinggi. Mereka mengincar sekam padi sebagai bahan baku masker yang bisa dipakai berulang-ulang dan sanggup menghalau droplet hingga 95 persen.
Temuan inovatif tersebut merupakan konsep yang dibuat oleh tim mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika Unpad untuk lomba “ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair” yang berlangsung secara daring pada Januari hingga Februari 2021.
Tim yang terdiri dari Riska Kurniawati, Farrel Radhysa Muhammad Zahdi, Didi Permana, dan Muhammad Naufal Ardian, dengan bimbingan tiga orang dosen, itu melakukan studi pustaka untuk mengembangkan ide tersebut.
Mereka mengacu pada dua jenis masker yang direkomendasikan badan kesehatan dunia WHO, yaitu masker medis dan N95, yang bisa menangkal droplet hingga 91 atau 95 persen. Bahan masker medis itu mengandung polimer yang bisa terurai menjadi mikroplastik.
Dari hasil sejumlah penelitian di luar negeri, kombinasi masker dari bahan katun 60 persen dengan polyester 40 persen punya efisiensi 87 persen menangkal droplet.
Namun, riset tersebut belum memuaskan. Mereka masih ingin meningkatkan ketahanan masker. Dari beberapa alternatif bahan, mereka tertarik pada grafena. Material yang tergolong ‘superhydrophobic’ atau sifatnya yang sangat menolak air. Dengan tambahan lapisan grafena, diperkirakan masker buatan mereka sanggup bakal menahan droplet hingga 95 persen.
Selain itu, pemakaian grafena juga bisa menghasilkan efek fototermal. Sehingga ketika masker terkena sinar matahari langsung saat dipakai, akan terjadi katalisis yang mempercepat suatu reaksi.