Dakwah Musim Dingin di Negeri K-Pop
Diharapkan dengan pengajian ini, dapat mempererat tali persaudaraan sesama warga Indonesia
Korea Selatan – Kedinginan, itu kesan saya sampai di korea pada tanggal 28/10 kemarin, menumpang pesawat Malaysia Airlane dari Kuala Lumpur pukul 23.30 waktu Malaysia, menempuh perjalanan sekitar 6 jam dan mendarat di Inchoen – Korea Selatan, pukul 07.10 waktu Korea.
Setelah melalui Imigrasi dan keluar bandara, saya sudah disambut hangat oleh teman-teman PCINU Korea Selatan, Ansor dan Banser. Lalu singgah sebentar ke markas besar PCINU Korea Selatan di Namdong-Gu Nohyon-Dong, Inchoen yang bersebelahan dengan masjid al-Mujahidin. Seperti kebiasaan warga Nahdliyyin, sebelum ramah tamah diawali dengan doa dan langsung memimpin tahlil sekaligus doanya.
Setelah ramah-tamah, pukul 10.30 wks, saya langsung melanjutkan perjalanan dakwah ke Anseong, dikawal oleh banser dan ansor untuk mengisi pengajian dengan tema “Dari Masjid Tumbuhkan Cinta Bangsa dan Agama”, pada milad berdirinya masjid Nurul Hidayah Anseong yang menginjak 9 tahun. Pengajian ini dimeriahkan juga oleh grup shalawat Syubbanul Waton, yang merupakan gabungan dari berbagai grup shalawat yang ada di Korea Selatan ini.
Suasana pengajian sangat ramai dan menyenangkan sekali, terhibur dengan lantunan shalawat yang digemakan oleh grup shalawat Syubbanul Waton Korea Selatan. Iramanya merdu dan lagunya berbeda dengan nada vokal yang biasa terdengar, inovatif dan kreatif. Dilakukan juga pemotongan tumpeng sebagai tanda miladnya masjid nurul Hidayah yang ke-9.
“Diharapkan dengan pengajian ini, dapat mempererat tali persaudaraan sesama warga Indonesia, tetap istiqamah dalam kebaikan, menjaga persahabatan dan selalu berdoa agar tetap diberikan perlindungan oleh Allah Swt dalam keselamatan kerja,” ungkap Kang Dedi selaku takmir dalam sambutannya.
Berbeda dengan di Hongkong yang jamaah pengajiannya kebanyakan perempuan. Pengajian di Anseong ini dihadiri oleh 200 jamaah yang semuanya laki-laki, mereka datang jauh-jauh dari berbagai kota yang ada di Korea Selatan. Jarak yang cukup jauh, lebih dari 120 km, perjalanan dengan mobil pribadi ditempuh kurang lebih 2 sampai 3 jam, dengan kecepatan di atas 80 km/jam dan jalannya lurus seperti jalan tol. Tetapi semangat silaturrahmi dan mengajinya begitu besar, disamping bisa melepas kangen dengan teman-teman. “Semoga setiap putaran roda mobilnya menjadi amal ibadah,” ungkap Abdullah Faqih selaku Sekjen PCINU Korea Selatan.
Kegiatan ini diadakan disamping sebagai syukuran masjid yang ke-9, ternyata dapat mengumpulkan teman-teman se-Indonesia yang ada di Korea, sehingga terasa sekali persaudaraan dan persatuan. Apalagi acara ini digelar tepat dengan hari sumpah pemuda. Yang mengingatkan akan semangat dan perjuangan anak-anak muda pada 90 tahun yang lalu untuk mewujudkan persatuan. Satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Di Korea saat ini musim gugur, banyak daun-daun sudah mulai menguning dan berubah warna, terlihat indah, lalu akhirnya akan rontok dengan suhu dingin yang sudah mencapai nol derajat. Meskipun di luar sangat dingin, tetapi tidak membekukan semangat diaspora untuk ikut mengaji, menghadiri dan meramaikan suasana pengajian. Jamaah pengajian terdiri dari PMI (pekerja migran Indonesia), mahasiswa dan diplomat yang juga sekaligus mengenalkan tentang tatacara pemilihan umum presiden di luar negeri.
Semoga tetap terjaga persatuan dan kebersamaan Indonesia, meskipun berada di Korea. Salah satu medianya adalah dengan rajin menghadiri majlis taklim, shalat berjamaah dan acara-acara berkumpul orang Indonesia dalam kebaikan.