Dalam agama Islam musibah sekalipun harus bisa dilihat dari sisi positif, tak terkecuali musibah covid-19. Banyak hikmah tersingkap di tengah musibah pandemi yang mengkhawatirkan ini, salah satunya bagi dunia pendidikan Islam.
Covid-19 memaksa setiap orang berdiam diri di rumah, membuat tempat kerja, fasilitas umum, hingga sekolah terpaksa ditutup. Hal ini membuat anak-anak belajar di rumah. Banyak ibu yang sibuk bekerja pun akhirnya terpaksa harus berdiam diri di rumah. Ada juga yang tetap bekerja meski dari rumah.
Kendati pembelajaran anak-anak masih bisa berjalan secara daring dengan guru mereka, tapi proses pembelajaran tersebut tidak akan bisa berjalan optimal tanpa pendampingan dari orangtua, terutama para ibu.
Seperti disampaikan oleh Wakil Ketua Umum MUI Pusat KH. Muhyiddin Junaidi bahwa situasi ini menjadi momentum yang sangat baik bagi pendidikan anak-anak dalam keluarga muslim. Khususnya, karena mengembalikan pendidikan anak-anak kepada ibunya.
“Pada masa pandemi ini semua orangtua menjadi the real teacher. Guru yang sebenarnya. Dan mengingatkan kita semua, mampukah kita menjadi the real teacher? Kita mungkin bisa menjadi guru, dosen, pengajar buat orang lain, tapi belum tentu untuk anak kita sendiri,” tegas Kiai Muhyiddin, saat menyampaikan ceramah daring pada kegiatan ‘Madrasah di Rumah’ yang diselenggarakan Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI Pusat, Sabtu, 2/5/2020.
Kegiatan ‘Madrasah di Rumah’ diikuti secara online oleh pengurus MUI pusat dan daerah serta para tenaga kependidikan dari seluruh provinsi di Indonesia. Tak kurang dari 500-an orang mengikuti kegiatan tersebut.
Lebih lanjut, KH. Muhyiddin menyampaikan, dalam pendidikan Islam sudah seharusnya orangtua, terutama ibu mewarnai pendidikan anak-anaknya.
Rasulullah Saw bersabda, “Setiap anak dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Hadits ini mendasari kenapa peran kedua orangtua, terutama ibu, teramat penting dalam pendidikan anak-anaknya.
Covid-19 menyadarkan kita, sudahkah kita sebagai orangtua memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak kita?
Situasi ini juga sekaligus mengingatkan pada tokoh-tokoh ulama besar sepeti Imam Syafi’i dan banyak tokoh lain yang telah berhasil menghafal al-Qur`an pada usia dini, ini tidak akan terjadi tanpa peran dari orangtuanya di rumah. Beliau belajar al-Qur`an kepada ibunya.
Dalam kesempatan tersebut, KH. Muhyiddin menyampaikan catatan sejarah menarik tentang kekalahan Uni Sovyet pada perang di Afghanistan pada era 1970-an. Seperti diketahui, saat perang dengan mujahidin Afghanistan Uni Sovyet sudah memakai persenjataan moderen dan disokong pula oleh Amerika.
Kenapa bisa kalah? Sebuah penelitian mengungkap bahwa ternyata sebagian tentara Sovyet yang dikirimkan ke Afghanistan ternyata berasal dari keluarga muslim, sehingga mereka iba melihat tentara Afghanistan yang juga muslim dan tidak tega membunuhnya.
Pertanyaannya, kenapa di negara Uni Sovyet yang komunis ideologi Islam masih bertahan? Kenapa mereka masih bisa mempelajari Islam. Ternyata, walaupun sekolah Islam, perguruan tinggi Islam dihancurkan oleh pemerintah komunis tapi pengajaran Islam diambil alih oleh para ibu di rumah mereka. Sehingga komunisme pun tidak bisa mempengaruhi keislaman anak-anak mereka.
“Banyak ibu bekerja di luar rumah. Tidak apa-apa, tapi ingat, jangan nomorduakan pendidikan anak-anak kita dengan menyerahkannya kepada pembantu meskipun kita memberikan gaji yang besar. Mari kita kembalikan fungsi rumah kita sebagai madrasatul ula (madrasah pertama) untuk pendidikan anak-anak kita,” imbau Kiai Muhyiddin.
Momentum Ramadhan di tengah pandemi ini, orangtua diuji sekaligus disadarkan akan pentingnya pendidikan anak-anak di rumah.
Seorang ayah yang mungkin sepanjang hidupnya belum pernah menjadi imam salat, karena Covid-19, sekarang dipaksa menjadi imam di rumah. Ibu yang sibuk, yang jarang mengajari anak-anaknya, kini dipaksa mengajar setiap hari di rumah.
Semoga, setelah situasi ini lahir kesadaran bersama bahwa pendidikan yang sesungguhnya itu adalah pendidikan dari para orangtua di rumah.