Tak ada yang menyangsikan, bahwa tujuan orang hidup di dunia ialah demi mencapai ridha Allah dan cinta-Nya. Untuk mencapai ridha Allah tersebut, ada cara yang paling mudah dan terjangkau. Cara itu sebagaimana diungkapkan oleh Rasulullah Saw, ridha Allah tergantung pada ridha kedua orang tua dan murka Allah terletak pada murka orang tua (HR. Tirmidzi).
Hadis ini menjadi motivasi yang sangat kuat bagi setiap anak untuk menggapai ridha orang tua. Karena ridha Allah bergantung pada ridha orang tua. Namun hadis itu juga berisi peringatan yang bisa membuat kita demikian berhati-hati bersikap kepada orang tua. Lalu apa yang bisa kita lakukan agar memperoleh ridha orang tua yang menjadi dambaan setiap orang?
Pertama, sayangilah mereka dengan tulus
Jika kita menginginkan Allah sayang kepada kita, maka sayangilah orang tua. Buatlah keduanya tersenyum, jangan buat mereka bersedih. Sayang kepada orang tua bisa dibuktikan dalam aneka sikap. Mulai dari tutur kata, hingga perbuatan yang menyenangkan hatinya.
Kedua, berbakti kepada mereka
Berbakti kepada orang tua bukan sekedar memberikan sesuatu. Berbakti dalam istilah al Qur’an ialah berbuat ihsan. Ihsan bisa bermakna memberikan sesuatu yang terbaik, memberikan sesuatu yang lebih dari yang dibutuhkan. Jadi berbakti itu tidak sekedar berbuat baik. Melainkan ada usaha sungguh-sungguh untuk memuliakan orang tua. Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban bagi setiap anak, baik kepada yang masih hidup maupun yang sudah wafat.
Ketiga, dekat dengan orang tua
Dekat dengan orang tua itu bukan hanya semata secara fisik, tapi juga dekat secara emosional. Kedekatan ini akan membuat kita mengetahui keluhan dan harapan orang tua. Anak yang sudah berumah tangga misalnya, seringlah mengunjunginya walau sekedar menanyakan kabar ataupun membawa makanan kesukaannya. Jika tak memungkinkan, sering-seringlah menghubunginya. Dengan adanya teknologi, tentu terhubung jadi lebih mudah. Jika memberikan sesuatu, jangan wakilkan melalui orang lain, sampaikan langsung padanya.
Keempat, menjaga nama baik diri dan orang tua
Kita harus menyadari, bahwa apa yang kita lakukan bukan hanya berdampak pada diri, tapi juga orang tua. Anak tidak bisa dilepaskan begitu saja dari orang tua. Sikap baik maupun buruk berimbas pada nama orang tua.
Maka sebelum bertindak, pastikan sikap tersebut tidak akan mengecewakan dan membuat malu orang tua. Justru kita perbaiki terus kualitas qalbu, produktivitas dan manfaat bagi sesama. Karena kebaikan kita juga buah dari kebaikan orang tua yang akan jadi amal jariyah, termasuk bagi yang sudah wafat.
Kelima, selalu merasa rendah terhadap mereka dan mendoakan mereka
Sebagaimana digambarkan dalam surah al Isra ayat 24. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. Jangan sampai, misalnya dengan ilmu, kedudukan, pangkat, harta, jabatan ataupun ego membuat kita sombong dan tinggi hati. Justru rendahkanlah sayap kita, jangan gengsi melakukan sesuatu terkait bakti pada orang tua.
Keenam, jangan mengundang murka mereka
Jangan mengundang amarah keduanya apalagi sampai mereka murka akibat tingkah laku kita yang melanggar norma. Jangan ingkari janji terhadapnya. Taatilah keduanya selama bukan taat untuk melakukan kemaksiatan. Diskusikanlah secara terbuka penuh kehangatan hal-hal yang mungkin belum menemui persetujuan mereka.
Mintalah selalu doa mereka walau kita yakin bahwa kedua orang tua pasti mendoakan anaknya. Ingatlah bagaimana Uwais al Qarni memiliki doa yang mustajab lantaran memiliki orang tua yang ridha kepadanya.