Cara Mensyukuri Nikmat Yang Sering Terlupakan
Lalu bagaimana cara agar manusia tidak lagi terlena, lupa dan abai
JAKARTA – Dalam sebuah hadis nabi yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, Nabi saw bersabda, “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia terkelabui, yaitu kesehatan dan waktu luang,” (HR. Bukhari).
Lalu bagaimana cara agar manusia tidak lagi terlena, lupa dan mengabaikan kedua kenikmatan yang datang dari Allah tersebut?
Maka jawaban sederhananya ialah pada kesadaran manusia itu sendiri. Manusia baru merasa nikmat itu sangat besar dan penting justru saat kehilangan sehat alias sakit atau di saat sibuk hingga tidak bisa mengerjakan sesuatu yang dia inginkan dan dambakan. Baru di saat itu lah manusia mengalami kesadaran betapa kedua anugerah Allah sangat berharga dan mestinya sejak awal dimanfaatkan sebaik mungkin.
Apa yang disampaikan oleh nabi saw adalah petunjuk yang mesti mendapat perhatian khusus dari umatnya. Sebab apa yang disampaikan Rasulullah saw adalah atas bimbingan Allah swt penguasa alam raya. Pertama kita diminta untuk memerhatikan kesehatan, sebab dengan kesehatan yang prima manusia bisa produktif dan menjalankan segala aktivitas dengan optimal. Dari sini manusia mesti memperhatikan mulai dari gaya hidup, makanan dan minuman, pola pikir, pergaulan serta menjaga kualitas ibadah ritual serta sosio-kultural. Sebab sehat yang ideal dalam Islam adalah yang sehat secara lahir dan batin.
Kedua, ialah manajemen waktu. Penting dicatat, bahwa waktu tidak pernah bisa terulang dan tidak bisa kembali walau sedetik saja. Maka untuk mensyukuri nikmat waktu yang terbatas tersebut, mesti memanfaatkan waktu berdasarkan skala prioritas. Terlebih dahulu kita pilah dan pilih mana yang penting dan yang tidak penting, mana yang lebih penting dan mesti dikerjakan terlebuh dahulu mana yang bisa ditunda. Sehingga umur yang terbatas tidak terbuang sia-sia.
Alokasikan waktu sebaik mungkin, baik bersama orang tua, keluarga, pekerjaan, teman dan sahabat. Buat rencana dan schdule harian, pekanan bahkan bulanan sehingga bisa terukur sesuai target dan pencapaian yang memiliki nilai kebaikan dan manfaat, bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.
Namun tak banyak yang mampu mensyukuri kedua kenikmatan tersebut yakni dengan memanfaatkan keduanya seoptimal mungkin sebagaimana diisyaratkan dalam surah Saba’ ayat 13, “dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur”.
Sebagai makhluk yang tiada daya dan upaya kecauali atas izin Allah, sudah seyogyanya kita senantiasa memohon pertolongan Allah untuk mensyukuri nikmat-Nya tersebut. Semoga kita menjadi golongan yang sedikit itu aamiin. Wallahu a’lam bisshawab.