Berkunjung ke Komunitas Tarekat Naqsyabandiyah di Myanmar

Kami berbincang banyak masalah agama, terutama masalah tasawuf

YANGON – Tak terasa sepuluh hari pertama bulan Ramadhan sudah terlewati, kini Ramadhan berada di sepuluh hari kedua, hari dimana penuh dengan ampunan Tuhan. Alkisah, malam itu malam ke-sebelas Ramadhan (15/5), selepas tarawih saya dengan diantar 3 orang jemaah asal Indonesia, yaitu para Guru Sekolah Internasional Indonesia Yangon (SIIY), dan 1 orang guide bernama Ustadz Zakir yang juga merupakan Imam Masjid Al-Muhajirin KBRI Yangon pergi mengunjungi komunitas Muslim Lokal Myanmar yang sebelumnya sudah diagendakan.

Kami berangkat naik taksi, menuju ke daerah Mingala Taungnyun, sebuah Township yang ada di Region Yangon. Kurang lebih 30 menit kami tiba disana. Jalanan ramai dengan orang-orang yang berjenggot dan berhidung mancung hilir mudik.

“Dahulu ketika Myanmar dijajah oleh Inggris banyak imigran yang dibawa untuk dipekerjakan, otomatis anak cucu mereka turun temurun dengan sendirinya menjadi warga Myanmar,” demikian jawab Pak Dipa ketika saya tanya perihal eksistensi mereka.

Malam itu tampak berbeda, seperti tidak sedang berada di Myanmar. Terlihat ketika melewati jalan menuju satu buah majelis yang merupakan komunitas muslim yang ada di Yangon, bernama Jamiah Arabiyah Islamiyah Dhiyaul Quran.

Dalam pertemuan dengan ketua Jamiah tersebut, saya memperkenalkan diri dan bercerita akan tinggal selama satu bulan penuh selama Ramadhan. Kami berbincang banyak masalah agama, terutama masalah tasawuf.

“Program yang kami jalankan disini adalah bagaimana para jamaah bisa dekat dengan Allah melalui zikir-zikir, kami mengamalkan Tarekat Naqsyabandiyah,” ungkap Syaikh melalui penerjemahnya.

Kurang lebih dua jam kami mengobrol dan akhirnya saya berpamitan kepada Syaikh dengan memohon doa agar umat Islam di seluruh dunia khususnya di Indonesia mendapatkan kemudahan, kemuliaan dan keberkahan dari bulan Ramadhan ini. Terakhir sebelum saya meninggalkan majelisnya saya memberikan kenang-kenangan berupa cincin batu Pancawarna asli dari Indonesia yang saya sematkan langsung ke jari manisnya Syekh.

Komentar
Loading...