Begini Muslim di Belahan Dunia Rayakan Ramadhan

Di tengah pandemi Covid-19 umat muslim di seluruh penjuru dunia tetap merayakan bulan suci Ramadhan. Tapi tidak seperti biasanya, kali ini Ramadhan dirayakan di bawah aturan karantina yang ketat di sejumlah negara.

Arab Saudi

Banyak masjid yang biasanya dipenuhi umat muslim di bulan Ramadhan namun sekarang ditutup, termasuk di kota suci Mekah dan Madinah Arab Saudi yang memulai awal Ramadhan pada Jumat 24 April 2020.

Kerajaan Arab Saudi dilanda sekitar 14 ribu kasus yang terkonfirmasi dan lebih dari 120 kematian akibat COVID-19, menurut hitungan Johns Hopkins.

Dikutip dari npr.org, Raja Saudi Salman bin Abdul-Aziz Al-Saud menyesalkan perlunya menjaga jarak sosial untuk menghentikan penyebaran Coronavirus.

“Sungguh menyakitkan saya untuk menyambut bulan Ramadhan yang mulia dalam keadaan yang melarang kita salat dan ibadah Ramadhan di masjid,” kata Raja Salman.

“Ini semua disebabkan oleh langkah-langkah perlindungan yang diambil untuk menyelamatkan nyawa dan kesejahteraan manusia mengingat ancaman global COVID-19,” tambahnya.

Potret udara Masjidil Haram yang sepi pada hari pertama bulan Ramadhan 24/4/2020. (Reuters)

Potret udara Masjidil Haram yang sepi pada hari pertama bulan Ramadhan 24/4/2020 (Reuters)

Mesir

Dikutip dari Al-Jazeera Mesir juga menutup semua kegiatan ibadah Ramadhan yang menimbulkan kerumunan, termasuk buka puasa bersama, dilarang.

Namun demikian, warga Mesir sempat dihebohkan dengan sebuah cuplikan video di media sosial yang memperlihatkan puluhan orang di kota Mediterania, Alexandria, membawa miniatur Kabah berkeliling di jalanan pada Kamis malam.

Orang-orang itu merayakan kedatangan bulan suci Ramadhan dan tampaknya meragukan pandemi Covid-19.

Berikut screenshoot video pawai yang dilakukan sejumlah orang di Mesir:

Pawai di Mesir. (egypttoday.com)
Iran

Iran mengawali Ramadhan pada Sabtu 25 April 2020, kasus positif Coronavirus di negeri ini mencapai lebih dari 87 ribu dengan hampir 5.500 kematian, meskipun diyakini angka-angka itu sangat kecil dari yang sebenarnya.

Iran termasuk negara Islam yang cukup terlambat merespon pandemi Covid-19, bahkan hingga akhirnya wakil menteri kesehatan negara itu, Iraj Harirchi, terinveksi virus mematikan tersebut.

Para pejabat di Iran tampaknya masih menunjukkan keengganan untuk menekankan pembatasan sosial, termasuk mencegah kerumunan orang saat menyambut Ramadhan. Meskipun pemimpin tertinggi negara itu, Ayatollah Ali Khamenei, sudah mengisyaratkan bahwa langkah-langkah pengetatan mungkin diperlukan.

Pakistan

Pakistan mengonfirmasi lebih dari 11.000 kasus Covid-19. Namun, pemerintah setempat terpaksa membatalkan peraturan pembatasan pertemuan di masjid karena adanya tekanan dari para ulama di negara itu.

Perdana Menteri Iran Imran Khan, beralasan, “Kami tahu bahwa orang-orang pasti akan pergi ke masjid bahkan setelah pemerintah menghentikan mereka dengan paksa. Kami tidak ingin mengirim polisi ke masjid-masjid untuk memaksakan pembatasan, larangan salat berjamaah dan melakukan penangkapan.”

Penyemprotan desinfektan di masjid Peshawar Pakistan pada Jumat, 24/4 menyambut pelaksanaan ibadah Ramadhan. (npr.org)
India

Sementara di India, negara dengan mayoritas pemeluk Hindu dan umat muslim mencapai 182 juta orang, pelaksanaan ibadah Ramadhan dilakukan pembatasan, terutama di kota-kota seperti Pune.

Kebiasaan salat berjamaah dan tarawih di masjid selama sebulan penuh harus ditunda karena pemerintah India melakukan Lockdown. Umat muslim India beribadah Ramadhan dari rumah masing-masing.

Selain itu, kini mereka juga kesulitan mendapatkan kebutuhan-kebutuhan makanan yang biasanya tersedia di bulan suci, seperti kurma, buah-buahan, makanan ringan, hingga susu untuk berbuka puasa. Tahun ini, barang-barang tersebut langka.

Muslim salat pada malam jelang Ramadhan selama Lockdown di luar Masjid Jami’ di kawasan tua Delhi, India, 24/4/2020. (moneycontrol.com)
Inggris

Inggris mempunyai lebih dari 2,6 juta umat muslim. Di sana, Dewan Muslim Inggris menyarankan agar umat muslim cukup dengan melaksanakan buka puasa bersama secara virtual. Juga mengikuti sejumlah ibadah serta pengajian dari masjid-masjid yang menayangkan secara streaming.

Amerika Serikat

Lockdown membuat muslim di negeri Paman Sam memilih untuk melakukan konferensi video untuk menggantikan kegiatan buka puasa bersama serta kegiatan ibadah lainnya.

Mereka harus beradaptasi dengan kondisi tersebut, meskipun kegiatan virtual tentu saja tidak bisa seratus persen menggantikan keakraban dan kehangatan merayakan Ramadhan dengan bertemu fisik.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...