Begini Entrepreneurship ala Nabi Saw
Nabi Saw dikenal sebagai seorang entrepreneur sejak usianya masih belia
Kalau saja Nabi Muhammad Saw hidup di era 4.0, beliau pasti juga menggunakan fasilitas Teknologi dan Informasi (IT) untuk aktivitas perdagangannya. Bahkan, mungkin beliau malah menjadi inovator terkemuka di bisnis tersebut.
Sebagaimana diketahui, pada zamannya, Nabi Saw dikenal sebagai seorang entrepreneur atau pedagang terkemuka sejak usianya masih belia.
Beliau mendapat julukan ‘al-amin’ sejak masih kecil karena integritas dan kejujurannya, termasuk ketika berdagang ke berbagai negara.
Kata Joseph Schumpeter, ekonom paling berpengaruh abad ke-20, “entrepreneur is an innovator, carrying put new combination”, entrepreneur adalah seorang inovator, pembawa kombinasi-kombinasi baru.
Nabi Saw adalah seorang entrepreneur, maka otomatis beliau juga seorang inovator, sepertinya tak mungkin jika beliau ketinggalan inovasi baru.
Namun, di samping harus mampu menyesuaikan dengan hal-hal baru termasuk teknologi, yang terpenting seorang entrepreneur harus memiliki nilai-nilai, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Saw berikut dalam fakta-fakta kehidupan beliau berikut ini:
Belajar Berbisnis Sejak Kecil
Sebagai seorang anak yatim-piatu, Nabi Saw sejatinya sudah berbisnis sejak usianya 8 tahun. Beliau menjadi penggembala kambing dari penduduk Mekah dan menerima upah dari para pemilik kambing tersebut.
Setelah usianya 12 tahun, beliau ikut berdagang bersama pamannya Abu Thalib ke negeri Syam. Ini perjalanan pertama beliau berdagang ke luar negeri seperti Syria, Jordan dan Lebanon.
Beliau bersaing dengan pebisnis-pebisnis senior dan mengakui bahwa beliau seorang yang matang dalam perhitungan bisnis, jujur serta profesional.
Mendapat Kepercayaan
Tak mengherankan jika pada usia 17 tahun beliau mendapat kepercayaan dari seorang saudagar perempuan dan konglomerat Mekah waktu itu, Khadijah. Beliau menjalin kerja sama bisnis dengan Khadijah sebagai seorang manajer yang tepercaya.