Begini Cara Cool Menyikapi Banjir
Beragam reaksi masyarakat muncul menyikapi musibah banjir yang terjadi
Hujan deras yang turun pada malam pergantian Tahun Baru 2020 menyisakan banjir di sejumlah wilayah, dari mulai Bogor, Bekasi, Jakarta, Tangerang, Banten hingga beberapa wilayah di pulau Jawa bagian Barat.
Di Jabodetabek sendiri Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat setidaknya ada 103 titik wilayah yang terkena banjir. Secara terperinci, 5 titik di Jakarta Barat, 1 titik di Jakarta Pusat, 22 titik di di Jakarta Selatan, 2 titik di Jakarta Utara, 11 titik di Jakarta Timur. Kemudian, 1 titik di Tangerang, 2 titik di Kota Tangerang, 5 titik di Tangerang Selatan, 39 titik di kota Bekasi, dan 15 titik di Kabupaten Bekasi.
Musibah banjir tentu menyisakan duka, tak sedikit pula korbannya, baik berupa harta, benda, bahkan nyawa, data di Jabodetabek, hingga Kamis (3/1) korban meninggal karena banjir berjumlah 30 orang, belum lagi di wilayah lain.
Beragam reaksi masyarakat muncul menyikapi musibah banjir yang terjadi, hal ini seperti terlihat pada linimasa akun-akun berbagai media sosial. Ada yang saling menyalahkan, menghujat pemerintah, mengeluh, bersimpati atau empati, introspeksi diri, hingga ada pula yang tetap “santuy” menghadapi kenyataan, misalnya dengan menganggap lokasi banjir layaknya arena bermain dan bersantai, kendatipun mungkin maksudnya hanya sebagai satire atau sindiran.
Lalu, bagaimana seharusnya sebagai orang yang beriman menyikapi banjir?
Pertama, Instropeksi diri (Muhasabah). Semua pihak, tentu saja tidak hanya yang terdampak banjir, tapi semua masyarakat dan juga pemerintah harus mengakui bahwa musibah banjir yang terjadi adalah buah dari kesalahan kolektif.
Berabad yang lalu, Alquran sudah mengingatkan, dalam Surah Ar-rum ayat 41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”