Banyak Orang Keliru, Ini 4 Miskonsepsi Seputar Literasi
Najwa Shihab menyebut ada empat miskonsepsi seputar literasi
Sudah populer bahwa masyarakat Indonesia memiliki tingkat literasi yang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Untuk memperbaiki tingkat literasi masyarakat Indonesia tentu bukan hal yang mudah. Ini bukan hanya tugas pemerintah tapi ini adalah tanggung jawab dan tantangan bagi masyarakat seluruh Indonesia. Salah satu tantangannya ialah adanya miskonsepsi tentang literasi.
Duta Baca Indonesia, Najwa Shihab menyebut ada empat miskonsepsi seputar literasi, sebagai berikut:
Pertama, literasi hanya kemampuan membaca
Adanya pemahaman yang keliru dari masyaralat tentang tentang literasi yang hanya diartikan sebatas kemampuan membaca.
Padahal literasi bukan sekedar bisa mengenal huruf dan mengeja, tetapi kemampuan menalar, terkait dengan kompetensi berpikir dan memproses informasi. Itu sebabnya ada banyak literasi, literasi kesehatan, literasi finansial, literasi sains dan lain sebagainya.
Kedua, belajar untuk membaca dan membaca untuk belajar
Belajar untuk membaca dan membaca untuk belajar adalah dua hal yang berbeda.
Belajar untuk membaca itu terkait dengan kemampuan untuk mengenali huruf dan mengeja. Sedangkan membaca untuk belajar itu memerlukan skill atau keterampilan yang jauh lebih kompleks, kemampuan lintas disiplin ilmu yang menempatkan membaca sebagai alat untuk memahami dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, membaca bukan tujuan akhir tapi alat untuk tujuan pembelajaran yang lebih besar. Kerap kali orang tua menganggap bahwa tugasnya selesai kalau anaknya sudah bisa mengeja.
Ketiga, aktif membaca tapi tidak jadi pembaca aktif
Menjadi pembaca yang aktif tidak sekedar aktif membaca. Ini sebabnya banyak orang yang membaca tetapi dilanda kejenuhan dan nagantuk.
Menjadi pembaca aktif itu berarti mempertanyakan, menganalisa, memberikan argumen, mengidentifikasi ide ataupun isu, hingga mengaplikasikan konsep dalam tulisan dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat, membaca itu bawaan lahir
Membaca sesungguhnya ialah potensi yang harus dikembangkan. Bukan karena bawaan lahir sehingga dijadikan alasan untuk malas membaca.
Potensi membaca bisa terus dikembangkan sesuai kemauan. Membaca akan melatih Anda berpikir secara kritis dan memahami sesuatu dalam berbagai perspektif.
Membaca telah menjadi gerbang pintu ilmu pengetahuan, tanpanya kita semua akan tertinggal dan jadi generasi yang tidak berilmu. Membaca juga berarti mengoptimalkan akal sebagai bentuk bersyukur kepada Allah Swt. Al Qur’an menyinggung mereka yang tidak mengoptimalkan akalnya.
Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (Az Zumar: 9).