Apa Itu IPO? Contoh Kasus Bukalapak

Untuk jadi pemilik, maka harus setor uang, melalui mekanisme yang diatur bursa

Baru saja pasar modal Indonesia digemparkan dengan penawaran saham perdana (IPO) marketplace kondang Bukalapak. Hari pertamanya, harga saham BUKA sudah melonjak maksimal-berkisar 25%, sehingga harus ARA (Auto Rejection Atas), dengan nilai transaksi berkisar Rp556 milyar. Nah, sambil ngopi, yuk kita kita obrolkan.

Pertama, hal IPO. IPO itu meminta masyarakat (investor) untuk jadi pemilik atau pemodal yang dinyatakan dalam lembar saham (lot). Untuk jadi pemilik, maka harus setor uang, melalui mekanisme yang diatur bursa. Ketika menjadi pemilik, maka saham investor otomatis dapat dijual-belikan di bursa (pasar sekunder).

Di bursa inilah harga saham dapat berubah (naik/turun), sebagaimana BUKA tadi. Perlu dicatat peristiwa harga terbang, hal wajar di bursa, dikenal sebagai underpricing.

Kedua, harga IPO. Pada saat IPO, harga sahamnya bisa beda antara harga nominal dan harga jual. Misal selembar saham nominalnya Rp100, dapat saja dijual seharga Rp250. Jadi jika anda membeli 1 lot (100 lembar) harus menyetor uang Rp25000. Selisih Rp150 (250-100) dikenal sebagai agio. Agio ini menjadi tambahan uang buat perusahaan. Baca juga >>

Pada saat masuk bursa, standar harga adalah Rp250, dimana naik/turunnya harga dari RP250 ini. Bosque bisa jawab, mengapa investor mau membeli barang Rp100 dengan harga yang lebih mahal Rp250? Antara lain, barang (perusahaannya) bagus, tidak mudah kan menemukan perusahaan bagus.

Ketiga, bagaimana menentukan harga IPO dan juga harga di pasar modal, untuk menduga kewajarannya. Cara yang sederhana adalah membandingkan harga tersebut dengan laba per lembar saham diperoleh. Dikenal sebagai Price-Earning Ratio (PER).

Jika PER 10, maknanya adalah harga 10 kali lipat dari laba. Jika perusahaan mendapatkan laba sebesar Rp20, berarti harganya adalah Rp200. Berapakah PER wajar? Tidak ada patokan pastinya. Tetapi ada tiga hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, Jika PER makin tinggi tentu makin mahal. Misal ada perusahaan PER 2000; itu artinya harganya 2000x lipat dari laba. Secara sangat kasar, jika laba diperoleh atau dihitung pertahun, maka berarti pulang pokoknya 2000 tahun.

Kedua, jika PER negatif, itu artinya perusahaannya sedang rugi. Tahun depan dapat saja berubah PER positif jika perusahaan mendapatkan untung.  Bagaimana jika perusahaan rugi terus? Maka otomatis PER nya negatif terus.

Terakhir, PER berubah dinamis, karena laba dapat berubah terus, sesuai siklus bisnis. Laba, tidak bisa dipengaruhi oleh investor, tetapi fluktuasi harga berubah sesuai dengan demand-supply pasar. Jadi, konsistensi laba dapat menjadi perhatian bagi bosque dalam hal memutuskan membeli saham. Baca juga >> 

Bagaimana bosque memutuskan untuk berinvestasi? Ada empat patokannya.

Pertama, menduga prospek perusahaan. Jika prospek ke depan bagus, maka boleh dipilih. Jadi perusahaan saat ini rugi, tidak mengapa, selama prospeknya bagus. Kedua, situasi perusahaan saat ini bagus, sehingga wajar untuk dibeli. Jika ke depan, perusahaan menjadi memburuk, itulah yang dikenal sebagai ‘risiko’ namun risiko ini bersifat logis.

Ketiga, perusahaan secara historis, prospek sudah buruk, namun potensi harga (naiknya) aduhai sekali. Ini masuk katagori saham gorengan. Kalau bosque tidak ingin jantungan, harap hindari. Sangat tidak menyehatkan ‘memiliki’ gorengan, karena berisiko tinggi. Keempat, harga berfluktuatif, sedang laba stabil, cerminan bisnis juga stabil. Fluktuatif harga berarti ada yang melakukan transaksi beli-jual. Transaksi beli-jual ini, bisa real, bisa juga sekedar melambung atau membanting harga demi mendapatkan keuntungan. Hati-hati terhadap saham ini.

Kembali ke contoh BUKA, jika bosque mendapatkan saham pada saat IPO, maka hari pertama saja sudah mendapatkan laba 25%. Mantabkan? Itu sebabnya banyak yang ‘berburu’ saham IPO, dan biasanya ‘oversubscribe’ sehingga pesanan bosque mungkin cuma terpenuhi secara partial. Baca juga >>

Investor yang tidak mendapatkan saham IPO, mengejarnya pada pasar sekunder (bursa), membeli dengan harga mahal, sambil berharap besoknya harga saham akan terus naik. Jika besoknya harga sahamnya turun, itu risiko berinvestasi saham.

Adakah pada hari pertama perdagangan harganya justru turun, sehingga pembeli IPO rugi? Jawabnya ada, dan ini menjadi risiko dari investor IPO.

Jadi, fenomena naik dan turun harga pada hari perdana adalah hal biasa. Mengapa BUKA melompat tinggi? Mungkin bosque sangat kenal dengan perusahaan ini. Namun, tahukah bosque kalau BUKA masih rugi, dengan PER -0.01? dengan harga penutupan Rp1060 pada hari pertama, berapa kerugian per lembar sahamnya? Sambil seruput kopi, coba hitung! Selamat berinvestasi, semoga sukses. Baca juga >> 

#bukalapak #ipo #saham

Baca Lainnya
Komentar
Loading...