Mochtar Kusumaatmadja, Pakar Batas Laut Itu Telah Pergi

Gagasan wawasan Nusantara juga merupakan gagasannya

Anda tentu ingat soal sengketa batas laut antara Indonesia dan China yang kerap terjadi di Kepulauan Natuna. Beberapa kali, kapal China dianggap melanggar batas laut wilayah Indonesia, meskipun sengketa kemudian selesai di meja perundingan.

Pemerintah China juga pernah protes ketika Indonesia membuat peta baru dan mengganti nama Laut China Selatan menjadi Laut Natuna Utara Pada Juli 2017 lalu.

China menganggap penggantian nama itu tidak masuk akal dan tidak sesuai standar internasional. Indonesia tetap bersikukuh, tapi nama itu belum disahkan di International Hydrographic Organization (IHO).

Sengketa batas wilayah laut antar-negara hingga kini masih kerap terjadi, terutama dengan China karena wilayah laut memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Terkait batas wilayah laut, kita mengenal Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas kontinental.

Ada nama tokoh yang tak bisa dilewatkan ketika membahas batas wilayah laut antar-negara. Dia adalah Mochtar Kusumaatmadja.

Peran kakak kandung Sarwono Kusumaatmadja ini diakui sangat besar dalam hukum internasional, khususnya hukum laut. Bahkan, gagasan wawasan Nusantara juga merupakan gagasan Mochtar.

Sangat Pakar di Bidang Hukum Internasional

Prof. Yusril Ihza Mahendra yang pernah menjadi mahasiswanya saat kuliah hukum di Universitas Indonesia menceritakan sosok Muchtar lewat akun sosial medianya.

Yusril mengatakan, ketika Mochtar menjadi Menteri Kehakiman dan kemudian menjadi Menteri Luar Negeri di era Presiden Soeharto, ia sangat gigih memperjuangkan gagasan wawasan Nusantara di forum internasional.

“Hal itu pun menjadi spirit pengaturan UN Convention of the Law of the Sea (UNCLOS) sehingga melalui UNCLOS, Indonesia diakui dunia sebagai negara kepulauan,” kata Yusril.

Yusril mengatakan, bangsa Indonesia memiliki utang yang tidak akan terbayar terhadap Mochtar Kusumaatmadja.

Yusril mengenal diplomat berdarah sunda itu sebagai sosok yang ramah dan baik hati. Saat Yusril masih menjabat Menteri Kehakiman dan HAM di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mochtar beberapa kali datang ke kantornya untuk bersilaturahmi dan memberi banyak nasihat seperti layaknya senior ke junior.

Mochtar termasuk salah satu sosok yang dikagumi Yusril, khususnya untuk bidang hukum internasional. Selain pernah menjadi mahasiswanya, ia juga membaca banyak buku-buku karya Mochtar.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga mengakui Mochtar Kusumaatmadja merupakan sosok yang berjasa bagi dunia hukum Indonesia.

“Beliau juga Guru Besar Fakultas Hukum Unpad dan sempat membimbing doktoral ayahanda saya alm. Atje Misbach tentang Zona Ekonomi Eksklusif dalam konteks Hukum Laut Internasional,” kata Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil.

Menjadi Diplomat Sejak Muda

Mochtar Kusumaatmadja memulai kariernya sebagai diplomat pada usia yang masih terbilang muda, 29 tahun.

Ia dikenal sebagai sosok yang mampu mencairkan suasana dalam sebuah perundingan yang menegangkan sekalipun. Dalam suasana tegang, Mochtar biasanya cepat berpikir dan melontarkan kelakar untuk mencairkan suasana.

Mochtar dikenal banyak berperan dalam perundingan internasional, terutama dengan negara-negara tetangga mengenai batas darat dan batas laut teritorial. Ia merupakan wakil Indonesia pada Sidang PBB mengenai Hukum Laut, Jenewa dan New York.

Pada tahun 1958-1961 ia telah mewakili Indonesia pada Konferensi Hukum Laut di Jenewa, Colombo, dan Tokyo. Sejumlah karya tulisannya mengilhami lahirnya Undang-Undang Landas Kontinen Indonesia tahun 1970.

Tahun 1955 Mochtar menyelesaikan S1-nya di Fakultas Hukum UI, kemudian ia melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Hukum Yale (Universitas Yale) AS (1955), program doktor (S3) di bidang ilmu hukum internasional di Universitas Padjadjaran (lulus 1962).

Pernah Dicopot Gelar Profesornya

Sejak mahasiswa, Mochtar sudah menunjukkan pemikiran kritisnya. Saat itu, dia sering mengkritik pemerintahan Soekarno, antara lain mengenai Manifesto Politik Soekarno. Akibatnya, ia dipecat dari jabatan guru besar Unpad. Pemecatan tersebut langsung dilakukan Presiden Soekarno melalui telegram dari Jepang (1962).

Tapi rupanya itulah momentum bagi Mochtar untuk melompat lebih tinggi lagi. Ia menggunakan kesempatan yang ada untuk menimba ilmu di Harvard Law School (Universitas Harvard) dan Trade of Development Research Fellowship di Universitas Chicago pada tahun 1964-1966.

Setelah itu, karirnya semakin menanjak, apalagi setelah terjadi pergantian rezim dari Soekarno ke Soeharto.

Mochtar Kusumaatmadja lahir di Batavia, 17 Februari 1929. Ia meninggal dunia pada hari Minggu, 6 Juni 2021 dalam usia 92 tahun, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...