88% Orang Gagal. Pentingkah Resolusi Tahun Baru dalam Islam?

Resolusi tahunan ini menjadi tradisi untuk memacu semangat perubahan

Tahun 2019 akan segera berakhir, sebagian orang mengambil jatah cutinya untuk liburan yang juga bertepatan dengan liburan anak sekolah. Akhir tahun menjadi ajang untuk mendapatkan penyegaran diri (refresh) bersama keluarga, sehingga akan lebih banyak ide dan inovasi yang diperoleh demi menyambut tahun baru 2020.

Tak sedikit juga yang ingin lebih bersyukur dari tahun sebelumnya, kemudian menyusun list harapan dan impiannya. Dengan berharap akan bisa terwujud di tahun depan. Berbekal semangat tahun baru inilah sebagian orang menyusun resolusi tahun baru. Resolusi tahunan ini menjadi tradisi untuk memacu semangat perubahan. Baik itu dilakukan oleh skala pribadi, kelompok, organisasi hingga perkantoran.

Namun, sebuah studi di tahun 2007 yang dilakukan oleh Richard Wiseman dari Bristol University menunjukkan bahwa 88% dari 3000 responden yang memiliki resolusi tahun baru itu gagal. Sedangkan 22% yang berhasil mewujudkan resolusi, ialah saat mereka menetapkan target lebih terperinci dan terukur. Hasil studi ini bukan berarti resolusi ini tak perlu, namun penetapan target yang terukur, langkah step by step, strategi perlu mendapat perhatian.

Pertama, dalam Islam sebenarnya setiap muslim dituntut untuk memiliki pandangan ke depan (visioner). Tanpa memiliki wawasan ke depan dan arah yang hendak dicapai akan sulit membuat perencanaan dan perhitungan untuk bertindak, walau tak selalu perjalanan sesuai rencana.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Surat Al-Hasyr, Ayat 18).

Semakin besar peran seseorang, biasanya menentukan seberapa jauh pandangan seseorang. Seorang karyawan misalnya, mungkin jarak pandangnya hanya bulanan atau sampai batas kontraknya habis. Tak sejauh pemimpin perusahaan yang memiliki jarak pandang hingga beberapa tahun mendatang ditambah skala pandangnya yang juga tentu lebih luas.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...