Dari penampilannya tersebut ia ingin terlihat seperti orang alim dan agar banyak orang yang berbelas kasih kepadanya. Selain itu ada juga yang selalu menggunakan barang-barang mewah dan branded agar mendapatkan pujian orang lain bahwa ia seorang yang kaya raya.
Ketiga, riya’ dengan perkataan
Contohnya, mengucapkan kata-kata bijak dan menggerakkan bibir saat berdzikir di hadapan orang banyak, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar di hadapan khalayak.
Termasuk dalam kategori ini adalah menampakan marah atas perbuatan maksiat, menampakan penyesalan karena orang lain berbuat dosa, melemahkan suara ketika berbicara, dan melunakkan suara ketika membaca Al Quran untuk menunjukkan rasa takut dan sedih. Perbuatan yang baik bisa terjatuh kepada perbuatan buruk jika niat melakukan hal tersebut salah, bahkan menjadi perbuatan dosa.
Keempat, riya’ dengan perbuatan
Seperti, menampakan kekhusyukan ketika shalat, berlama-lama saat berdiri, sujud, ruku’, tidak menoleh ke kiri dan ke kanan, serta meluruskan kedua telapak kaki dan tangan. Begitu juga riya’ ketika berpuasa, haji, dan pada saat mengeluarkan zakat, infak, maupun sedekah. Perbuatan tersebut adalah perbuatan baik, ternyata perbuatan baik pun bisa terjerumus menjadi riya’ karena niat yang salah.
Kelima, bersikap riya’ kepada teman, para tamu dan manusia pada umumnya
Misalnya, orang yang banyak didatangi tamu dari kalangan ulama, ahli ibadah, para penguasa, maupun para pejabat supaya dikatakan bahwa mereka mengambil berkah darinya karena kemuliaan derajat agamanya.
Atau seperti orang yang sering menyebut nama para ulama atau guru agar dikatakan banyak memiliki guru dan banyak belajar dari mereka. Perbuatan baik jika niat yang salah maka tidak akan mendapatkan pahala tapi sebaliknya akan mendapatkan dosa.