5 Kebiasaan Ini Bisa Membuat Sedekah Jadi Sia-sia

Bolehkah mempertontonkan sedekah, misalnya untuk kepentingan konten media sosial agar bisa menambah Like atau Subscribers?

Kembali lagi, tergantung bagaimana niat pelakunya, sebab dalam ajaran Islam nilai dan pahala suatu ibadah sangat tergantung dengan niat.

Mempertontonkan sedekah dengan niat pamer harta atau riya, tentu saja dapat menghapus pahala. Tapi kalau tujuannya sebagai syiar atau mendorong sebuah gerakan agar orang lain mengikuti jejaknya dalam bersedekah, boleh saja dilakukan.

Mudah-mudahan banyaknya konten bagi-bagi uang di sosial media, tujuannya semata-mata sebagai gerakan charity, bukan maksud yang lain.

Namun begitu, meski sedekah itu amal saleh, tapi jika dilakukan dengan cara salah tidak akan berbuah pahala.

Sebagai pengingat, berikut ini 5 kebiasaan keliru yang dapat merusak amal sedekah kita:

Pertama, Mencari pujian

Kebiasaan keliru dalam bersedekah adalah untuk mencari pujian dari orang-orang sekitar. Apabila aktivitas sedekah dijadikan konten, lalu tujuannya sekadar mengumpulkan like demi like, secara tidak disadari bisa menyeret pada perilaku ingin dipuji alias riya’. Riya’ sendiri merupakan salah satu bentuk dari syirik khafi yang tak kelihatan.

Kedua, Menunda-nunda

Sedekah yang terbaik adalah yang tidak ditunda-tunda. Ada orang yang suka menunda sedekahnya demi menunggu waktu yang pas, misalnya saat pilkada atau pemilu. Sedekah guna meraup popularitas.

Ada juga orang yang menunda sedekah dengan dalih masih memiliki banyak waktu. Besok, lusa, minggu depan, bulan depan, masih ada waktu. Padahal, kematian menimpa seseorang tak pernah kenal waktu.

Sebuah hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah mengatakan, “Seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Engkau bersedekah ketika masih dalam keadaan sehat lagi kaya, sangat ingin menjadi kaya dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ajal sampai di kerongkongan baru berpesan, ‘Untuk si fulan sekian dan untuk si fulan sekian.’ Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris),” (HR. Bukhari).

Ketiga, Mengabaikan saudara atau kerabat dekat yang membutuhkan

Ternyata sedekah juga harus memperhatikan kondisi sosial. Islam mengajarkan bersedekah diutamakan kepada orang dekat atau kerabat terlebih dahulu yang memang masih membutuhkan bantuan.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin pahalanya satu sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat pahalanya dua, yaitu pahala sedekah dan pahala menjalin hubungan kekerabatan,” (HR. Nasa’I, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Keempat, Perhitungan dalam bersedekah

Bersedekah bukan seperti berbisnis dengan manusia yang memang harus penuh perhitungan. Orang yang bersedekah sejatinya sedang berbisnis dengan Allah yang Maha Kaya. Karena itu, jangan perhitungan.

Rasulullah Saw bersabda, “Bersedekahlah kamu dan jangan menghitung-hitung, karena Allah akan menghitung-hitung pula pemberian-Nya kepadamu, dan jangan kikir karena Allah akan kikir pula kepadamu,” (HR. Muslim).

Kelima, Mengungkit-ungkit

Mengungkit-ungkit kebaikan akan menghilangkan pahala kebaikan itu sendiri, termasuk bersedekah.

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),” (QS. Al-Baqarah: 264).

Jadi, bagaimana dengan konten sedekah, bolehkah menayangkannya?

Firman Allah Swt di bawah ini mungkin bisa memberikan gambaran,

“Jika kamu menampakkan sedekah-sedekah-(mu) maka itu adalah baik, dan jika kamu menyembunyikannya (sedekah itu) dan kamu berikan kepada orang-orang fakir maka menyembunyikan itu lebih baik bagi kamu; dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahan kamu; dan Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS al-Baqarah : 271).

Pada dasarnya menyampaikan sedekah secara terbuka atau tertutup merupakan perbuatan baik. Tapi, akan lebih baik jika dilakukan secara tertutup alias tidak diumbar kepada orang banyak.

Inilah makna ajaran Rasulullah Saw bahwa ketika tangan kanan bersedekah, tangan kiri tak boleh mengetahuinya.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...