5 Alasan Kenapa Pangeran Harry Keluar dari Istana
Pangeran Harry dan istrinya Meghan Markle barangkali adalah sebuah anomali
Di era di mana popularitas menjadi dambaan banyak orang, langkah Pangeran Harry dan istrinya Meghan Markle barangkali adalah sebuah anomali. Memutuskan keluar dari kehidupan istana, mengundurkan diri sebagai anggota senior keluarga Kerajaan Inggris.
Pangeran Harry saat ini berada di garis ke-6 tahta kerajaan. Kerajaan Inggris merupakan satu dari sedikit kerajaan di dunia yang masih eksis dan memiliki pengaruh di era modern ini.
Memang, hengkangnya sang pangeran diperkirakan tidak akan membuat hidupnya berbalik 360 derajat. Tidak akan seperti kisah Siddharta Gautama yang keluar Istana mewahnya untuk menjadi pertapa. Atau kisah Ibrahim Adham yang meninggalkan istana untuk hidup bersahaja dan menjadi seorang sufi.
Karena, meskipun menjadi rakyat biasa dan konon akan lebih banyak menghabiskan hidupnya di Amerika Utara, Pangeran Harry telah memiliki modalitas yang cukup, lebih-lebih Meghan istrinya merupakan seorang artis terkenal. Mungkin tidak akan ada kesulitan berarti secara finansial, meskipun tak ada lagi fasilitas kerajaan seperti dulu.
Di keluarga Kerajaan Inggris Pangeran Harry dan Meghan mendapat gelar Duke dan Duchess of Sussex. Keputusan besar yang mereka ambil ini, tidak saja akan berpengaruh pada gelar mereka berdua, tapi juga akan berimbas pada keturunan mereka kelak.
Apa sebetulnya yang menjadi alasan Pangeran Harry untuk meninggalkan istananya? Berikut 5 di antaranya sebagaimana dikutip dari Sky News.
Pertama, Ingin Menjauh dari Popularitas
Meghan Markle yang berasal dari kalangan biasa, merasa kesulitan untuk menjalani perannya sebagai bangsawan. Selain itu, Pangeran Harry juga ingin menjauh dari popularitas.
Hal ini sebetulnya sudah pernah ditunjukkan adik Pangeran William tersebut pada tahun 2013 ketika dia menghabiskan lawatan di Afghanistan.
Saat itu, Pangeran Harry lebih ingin dikenal sebagai “Captain Wales” ketimbang dengan gelar formal kerajaannya.
Menurut Harry, tinggal di negara lain membuat dia lebih mendekat kepada kehidupan yang normal walaupun terkadang masih banyak perhatian tertuju padanya.

Bahkan menurut satu temannya dari Afghanistan, Dean Stott mengatakan bahwa Pangeran Harry merasa satu-satunya lingkungan di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri hanya di lingkungan militer.
Kedua, Perselisihan dengan sang kakak, Pangeran William
Hubungan Pangeran Harry dengan sang kakak, Pangeran Willian turut mempengaruhi kemundurannya dari istana kerajaan. Ada kalanya hubungan mereka dikaitkan dengan sang Ibu, Lady Diana yang pernah menyatakan bahwa William adalah pewarisnya sementara Harry hanyalah cadangan saja.
Meskipun keduanya berusaha untuk saling bersama satu sama lain, tapi pada akhirnya ketika tumbuh dewasa, mereka tumbuh dengan kepribadian yang berbeda. Perselisihan yang sempat mencuat ke publik yaitu ketika sang kakak Pangeran William (Duke of Cambridge) dianggap tidak menyambut kedatangan Meghan Markle, istri Pangeran Harry.
Ketiga, Publikasi Media yang Berlebihan
Faktor lain adalah akibat publikasi media yang berlebihan, salah satunya terhadap kehidupan masa lalu Pangeran Harry. Pangeran Harry memang pernah berpacaran dengan Chelsy Davy dari 2004 hingga 2011, lalu dengan Cresside Bonas dari 2012-2014, namun semuanya putus dan tidak sampai pada pernikahan. Bahkan, hubungan Pangeran Harry dengan Davy kandas akibat desakan media yang luar biasa.
Keempat, Teringat Sang Ibu
Usia Harry mendekati 36 tahun sama dengan usia ibunya Lady Diana ketika terbunuh dalam kecelakaan mobil.
Pada sebuah wawancara di tahun 2007, Harry pernah mengatakan bahwa sejak usia 12 tahun dia merasa mati rasa hingga 20 tahun terakhir akibat kematian ibunya. Hal itu mempengaruhi pekerjaan dan kehidupan pribadinya. Bahkan Harry mengatakan, setiap kali dia mendengar suara “klik” dari kamera serta cahaya flash kamera selalu mengingatkannya pada kematian ibunya.

Kelima, Pengaruh Meghan
Banyak pihak yang menilai bahwa Pangeran Harry menjadi lebih tertutup setelah bertemu Meghan Markle. Selain itu, Meghan juga berpendapat bahwa Pangeran Harry masih terlalu muda untuk memegang peran vital dalam kerajaan inggris.
Ini juga mengejutkan bagi publik, mengingat publik tahu kasih sayang Pangeran Harry yang sangat besar kepada Ratu Elizabeth II, sang nenek. Namun, demi Meghan Pangeran Harry memutuskan untuk tiba-tiba keluar dari Kerajaan Inggris pada saat Sang Ratu memintanya untuk tetap tinggal di Istana.
Di zaman di mana pragmatisme begitu kuat, ketika banyak orang mendamba popularitas, gelar, jabatan dan kemapanan finansial, bahkan ada yang gila-gilaan mempertahankan kekuasaan sehingga berupaya membangun dinasti. Atau ada pula yang gila betulan dengan membuat kerajaan atau imperium jadi-jadian. Sikap yang diambil Pangeran Harry adalah sebuah pelajaran berharga, bahwa terkadang gelar, kekuasaan, dan kehidupan gemerlap istana hanyalah semu belaka. Belum tentu ditemukan kebahagiaan di dalamnya.